Upaya Bersama mencegah skabies

Selamat datang di website edukasi dan deteksi dini penyakit kulit yang umum di masyarakat


Skabies masih menjadi masalah penyakit kulit yang dijumpai terutama di negara berkembang. Individu dari semua ras, strata sosial & ekonomi dapat mengalami penyakit ini. Penyebab penyakit skabies adalah infeksi dan infestasi ektoparasit (tungau) Sarcoptes scabiei var. hominis yang sebenarnya dapat disembuhkan, tetapi pada kenyataanya skabies seringkali dianggap sebagai penyakit kulit biasa dan luput terdiagnosis sehingga sehingga sering menjadi berat dan menimbulkan gangguan fisik, psikis, sosial, dan ekonomi. Istilah skabies berasal dari Bahasa latin “scabere” yang artinya menggaruk dan juga sering disebut dengan istilah gudik, the itch, atau kudis.

Diperkirakan sekitar 130 juta orang di seluruh dunia yang terjangkit skabies. Prevalensi kasus skabies bervariasi di setiap negara, mulai dari 0,3 hingga 46%. Pada laporan dari seluruh Puskesmas di Indonesia, prevalensi skabies 5.6-12.9% dan merupakan penyakit kulit terbanyak ke‐3. Kasus skabies lebih banyak pada invidivu dengan personal hygiene yang buruk. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung (kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, bersentuhan, dan hubungan seksual, atau kontak tidak langsung yaitu melalui penggunaan pakaian, sprei (bed linen), atau handuk secara bergantian dengan individu yang mengidap skabies.

Mengenali gejala klinis yang meliputi 4 tanda kardinal, yaitu pruritus nokturna, menyerang sekelompok manusia, ditemukan adanya terowongan (kunikulus) dan ditemukan tungau sangat penting untuk menetapkan diagnosis secara klinis. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan tungau dewasa, telur, atau larva. Penatalaksanaan skabies meliputi pemilihan obat berdasakan efektvitas obat, potensi toksisitas, jenis skabies dan usia penderita. Pengobatan skabies dapat dengan pemberian obat skabisidal topikal (misalnya permethrin, lindane, atau ivermectin) dan antihistamin oral (misalnya diphenhydramine HCl atau cyproheptadine HCl) sebagai terapi simtomatis untuk mengurangi gatal (pruritus). Pada skabies dengan pruritus berat dapat diberikan prednison (oral). Pengulangan terapi 2 minggu setelah terapi awal diberikan bila gejala menetap atau muncul lesi atau terowongan baru. Pengobatan, pencegahan (profilaksis), dan environmental cleaning perlu dilakukan serentak dalam 24 jam pada setiap penderita skabies dan semua orang yang berhubungan langsung dengan penderita. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan menggunakan permethrin 5% sebagai terapi profilaksis.

Artikel ilmiah selengkapnya dapat didownload di link berikut :

Download link